Ada Apa Dengan Organisasi Mahasiswa Ekstra Kampus "OMEK"


Ada apa dengan Organisasi Ekstra Kampus...???
Sebuah tulisan ringan yang menurut penulis menjadi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang muncul seketika di benak. Menjadi jawaban atas pikiran sesat yang membuat penulis yang juga  bergelut di "OMEK" merasa sedikit risih.

Ada apa dengan organisasi ekstra kampus atau kerap di sebut dengan "OMEK"
bukankah tumbangnya rezim otoritarian, totaliter dan tirani juga kontribusi besar dari Organisasi ekstra  kampus? Sebagai mahasiswa tidak boleh melupakan sejarah pergerakan perjuangan itu.

Akhir akhir ini banyak stigma negatif menyoroti eksistensi organisasi mahasiswa ekstra kampus bahkan itu datang dari dalam kampus. Padahal organisasi ekstra kampus sama sekali tidak punya pengaruh untuk menghambat pemahaman akademik, sama sekali tidak membuat onar, rusuh dan ricuh dalam kampus, sama sekali tidak membangun gerakan  gerakan politik yang merugikan kampus,  malahan organisasi ekstra kampus menjadi organisasi yang peka  dan kritis akan problema kampus.

Organisasi ekstra kampus mampu mengkritik berlandaskan ideologinya jika terjadi kejanggalan sosial yang terjadi dalam kampus yang berdampak pada mahasiswa. 

Organisasi ekstra kampus tidak jauh berbeda dengan organisasi intra kampus, hanya yang membedakan keduanya adalah "Ekstra & Intra" Organisasi Intra menjadi internet kampus yang mampu mengaspirasikan/memperjuangkan suara dan harapan mahasiswa, Organisasi ekstra kampuspun sama. Keduanya memiliki posisi dan status yang sama, memiliki misi yang sama, tujuan perjuangan yang sama, sama sama mampu memberikan kritik sosial. 
Lalu...!!! Ada apa dengan organisasi ekstra kampus? Sehingg mahasiswa yang berkecimpung di organisasi ekstra kampus di batasi dengan aturan yang menurut saya "SESAT" untuk tidak mencalonkan diri pada kontestasi pemilihan pemimpim kampus, misalkan pada tingkat HMP. Satu hal yang keliru dan ini menjadi kekeliruan berpikir kita bagaimana persepsi dan perspektif kita terhadap eksistensi organisasi ekstra kampus. 

Bukankah pemimpin kampus butuh mahasiswa yang banyak peroleh pengalaman? Bukan pemimpin kampus butuh mahasiswa yang inovatif dan produktif?

Organisasi ekstra kampus dalam kacamata saya menjadi barometer untuk mencetuskan calon pemimpin-pemimpin kampus yang berkualitas, inovatif,  kreatif dan produktif. 

Mahasiswa yang berkecimpung di organisasi ekstra kampus memang terlihat sangat berbeda jika disandingkan dengan mahasiswa lainya, namun ia juga memiliki bekal pengalaman yang lebih, dan sepatutnya banyak rival jika pada saat momentum pemilihan pemimpin kampus baik di tingkat prodi, fakultas, maupun pada tingkat Universitas.  Menjadi pemimpin di kampus bukan hanya soal IPK yang tinggi, tapi bagaimana seorang pemimpin memiliki skill communication, kemampuan bersosialisasi, peka dan sadar terhadap persoalan kampus, memiliki ketrampilan, keberanian serta kemampuan menginvestigasi tentang hal apapun demi kepentingan mahasiswa.

Organisasi ekstra kampus seperti GMNI, PMKRI, GMKI, LMND , HMI, PMII, dan lainya bukan anak tiri kampus, status pembedanya adalah "EKSTRA" yang tidak bernaung dibawah institusi pendidikan/tidak di bawah naungan lembaga kampus, namun beberapa organisasi yang disebutkan di  atas adalah organisasi  mahasiswa yang cukup berkontribusi untuk kemajuan Bangsa dan Negara, dan juga pergerakan Organisasi intra kampua semisal BEM, BLM, DPM, BPM, HMP/HMJ.

Kampus bukanlah tembok untuk menahan kebebasan berekspresi mahasiswa
Kampus bukanlah tempat untuk saling mendiskriminasi antara ekstra dan intra. 

Kampus merupakan tempat pertaruhan ideologi-ideologi sehingga adanya gerakan politik dari mahasiswa. Kampus merupakan ruang pabrik untuk segala pemikiran-pemikiran dan ilmu yang semakin berkembang. Sehingga pertaruhan ideologi-ideologi itu sebagai upaya-upaya memperebutkan pengaruh politik terhadap membentuk suatu kelompok-kelompok tertentu sesuai dengan keinginan mereka. Bagi organisasi gerakan mahasiswa, politik kampus merupakan salah satu entitas yang harus diperjuangkan. Tentunya bukan suatu hal yang negatif dan sarat akan kepentingan. Melainkan itu merupakan usaha untuk menghidupkan gerakan mahasiswa dan juga membangun kesadaran untuk peka terhadap permasalahan-permasalahan yang ada di negeri ini. Inilah pentingnya peran mahasiswa dengan gerakannya yang dibangun yang secara aktif partisiptif berperan dalam proses perubahan-perubahan bangsa yang lebih baik. 

Mahasiswa yang berorganisasipun, baik Ekstra maupun intra, memiliki daya kritis terkait dengan persoalan dan isu-isu yang ada dihadapi masyarakat lokal maupun masyarakat dunia.

     Sejarah mencatat bahwa mahasiswa berperan penting terhadap bangsa ini melalui pergerakan-pergerakannya. Tentunya kita tidak lupa akan sejarah runtuhnya rezim Soeharto yang berhasil digulingkan oleh mahasiswa. Hal ini menjadikan perubahan yang sangat signifikan dalam perubahan dunia perpolitikan di Indonesia. Tuntutan-tuntutan terhadap persoalan-persoalan dalam momentum-momentum nasional menjadikan keterlibatan mahasiswa dalam berpolitik sangat besar. Karena sejatinya pergerakan mahasiswa ini merupakan perwujudan sebuah idealisme dan keinginan dalam menciptakan sebuah masysrakat yang adil dan berkehidupan yang lebih baik. Pergerakan mahasiswa ini terjadi karena adanya ketidakpuasan atas situasi yang ada juga kesenjangan-kesenjangan yang dialami oleh masyarakat saat ini. Selain itu, pergerakan ini timbul karena adanya kesempatan bagi suatu gerakan itu. Kondisi yang sangat memadai dan memungkinkan untuk adanya suatu pergerakan mahasiswa. Selain itu, pergerakan ini karena adanya kemampuan leadership  yang dimiliki oleh seseorang atau kelompok. Berjiwa pemimpin yang memiliki karisma dalam mengajak orang lain untuk mengikuti apa yang menjadi tujuan dari pergerakan.

     Organisasi mahasiswa ekstra kampus yang memang merupakan kebebasan masyarakat dalam berserikat dan berkumpul sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945 ini populer di kalangan mahasiswa. Organisasi ini yang biasa disebut "OMEK" yang lebih independen, kreatif, dan kritis. Posisi "OMEK" ini yang tidak mendapat pembiayaan dari pihak kampus justru patut dipertahankan untuk menjaga independensi, kreativitas, dan daya kritis itu sendiri.

Kampus tidak boleh membungkam kebebasan berdemokrasi mahasiswa.
Kenapa?   Sebab Mahasiswa punya hak konstitusional dan hak berdemokrasi, bebas memilih, selain itu mahasiswapun memiliki hak hidup termasuk hak berorganisasi. 

Berpijak dari pemikiran dan konsep di atas sekali lagi saya sebagai penulis menyampaikan bahwa Organisasi ekstra kampus sama sekali tidak melakukan hal negatif pada kegiatan akademik apalagi sampai menghegemoni untuk melakukan gerakan gerakan politik, itu pikiran sesat yang hanya ingin menang sendiri.

Kampus tidak boleh membungkam ruang dealektika akademik dari mahasiswa kampus itu sendiri. 


"Amukan Massa kapan saja terjadi"

Merdeka...!!!
Salam...!!!
Semoga Bermanfaat...!!!

Hidup Mahasiswa...!!!

BBI
Mahasiswa Aktivis GmnI Cabang Kefamenanu

Comments

Popular posts from this blog

MARHAENISME BUNG KARNO

Puisi Rindu Dalam Diam

Eksistensi dan Peran Mahasiswa